Sebuah gangguan tidur kembali dilaporkan berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Kali ini adalah Sindroma Tungkai Gelisah, Restless Legs Syndrome (RLS).
Tungkai Gelisah
Sindroma tungkai gelisah adalah gangguan tidur yang amat khas. Sayang di Indonesia kurang dikenali, hingga diagnosa dan perawatan jadi kurang tepat.
Penderita mempunyai dua keluhan khas, insomnia dan rasa tak nyaman pada kaki. Pada malam hari, saat duduk lama atau berbaring akan tidur, dirasakan ada rasa tak nyaman pada kaki dan/atau tangan. Rasa tak nyaman yang dirasakan bisa berupa kesemutan, nyeri, pegal, kebas atau apa saja, yang khas hanya dapat dihilangkan dengan digerak-gerakkan. Sehingga penderitanya tampak gelisah menggerak-gerakkan kaki menjelang tidur. Bahkan ada yang sampai harus berjalan-jalan dahulu sebelum tidur.
Kegelisahan pada kaki akibatkan penderitanya sulit tidur, hingga insomnia menjadi keluhan utama.
Empat perlima penderita RLS juga mengalami gerak periodic limbs movements in sleep (PLMS). Secara periodik kaki akan bergerak-gerak sendiri dalam tidur. Akibatnya setiap saat bergerak otak akan terkaget bangun. Namun penderita tak sampai terjaga. Kualitas tidur jadi buruk. Akhirnya penderita merasa kantuk berlebihan di siang hari.
PLMS sendiri telah terbukti berkaitan dengan peningkatan denyut jantung dan hipertensi.
Hipertensi pada Sindroma Tungkai Gelisah
Batool-Anwar dan kawan-kawan menganalisa data dari the Nurses Health Study II dimana 65.500 perawat wanita usia 50-an ditanyai tentang gejala-gejala tungkai gelisah, derajat keparahan dan frekuensinya. Mereka juga dimintai status tekanan darahnya. Namun penderita diabetes atau radang sendi tak diikut sertakan karena gejalanya yang mirip.
Hasilnya penderita Sindroma Tungkai Gelisah meningkat resikonya untuk menderita hipertensi sebanyak 6%-41%. Semakin parah tungkai gelisahnya, semakin besar juga kemungkinan menderita tekanan darah tinggi.
Seperempat wanita yang melaporkan mengalami 5-14 episode tungkai gelisah sebulannya, menderita hipertensi. Sementara yang mengalami lebih dari 14 episode, sepertiganya juga menderita tekanan darah tinggi. Wanita tanpa keluhan tungkai gelisah hanya seperlima yang menderita hipertensi.
Penelitian ini akan masuk pada jurnal Hypertension edisi November 2011.
Kondisi Kurang Tidur
Baru-baru ini beberapa penelitian telah membuktikan kaitan kurangnya durasi tidur dengan peningkatan tekanan darah dan penyakit jantung. Sedangkan pada RLS, keadaan kurang tidur lebih dipahami sebagai suatu kondisi kurang tidur akibat kualitas tidur yang buruk, bukan durasi tidur yang kurang.
Para peneliti beranggapan, dengan mengobati tungkai gelisah bisa memperbaiki tekanan darah dan resiko penyakit jantung. Pengobatan tungkai gelisah bisa dilakukan dengan efektif dan mudah sekali diagnosa ditegakkan.
Sindroma tungkai gelisah tidak ditangani seperti halnya insomnia biasa. Kemungkinan penyebab pun perlu diteliti. Penyakit saraf degeneratif seperti parkinson, sering menyertai sindroma ini. Sementara di usia muda kekurangan zat besi dan/atau asam folat bisa menjadi penyebab. Pasien-pasien gagal ginjal juga sering menderita gangguan tidur ini.
Di masa depan, penanganan kasus-kasus hipertensi juga harus menyertakan pemeriksaan dan perawatang gangguan tidur.
Tungkai Gelisah
Sindroma tungkai gelisah adalah gangguan tidur yang amat khas. Sayang di Indonesia kurang dikenali, hingga diagnosa dan perawatan jadi kurang tepat.
Penderita mempunyai dua keluhan khas, insomnia dan rasa tak nyaman pada kaki. Pada malam hari, saat duduk lama atau berbaring akan tidur, dirasakan ada rasa tak nyaman pada kaki dan/atau tangan. Rasa tak nyaman yang dirasakan bisa berupa kesemutan, nyeri, pegal, kebas atau apa saja, yang khas hanya dapat dihilangkan dengan digerak-gerakkan. Sehingga penderitanya tampak gelisah menggerak-gerakkan kaki menjelang tidur. Bahkan ada yang sampai harus berjalan-jalan dahulu sebelum tidur.
Kegelisahan pada kaki akibatkan penderitanya sulit tidur, hingga insomnia menjadi keluhan utama.
Empat perlima penderita RLS juga mengalami gerak periodic limbs movements in sleep (PLMS). Secara periodik kaki akan bergerak-gerak sendiri dalam tidur. Akibatnya setiap saat bergerak otak akan terkaget bangun. Namun penderita tak sampai terjaga. Kualitas tidur jadi buruk. Akhirnya penderita merasa kantuk berlebihan di siang hari.
PLMS sendiri telah terbukti berkaitan dengan peningkatan denyut jantung dan hipertensi.
Hipertensi pada Sindroma Tungkai Gelisah
Batool-Anwar dan kawan-kawan menganalisa data dari the Nurses Health Study II dimana 65.500 perawat wanita usia 50-an ditanyai tentang gejala-gejala tungkai gelisah, derajat keparahan dan frekuensinya. Mereka juga dimintai status tekanan darahnya. Namun penderita diabetes atau radang sendi tak diikut sertakan karena gejalanya yang mirip.
Hasilnya penderita Sindroma Tungkai Gelisah meningkat resikonya untuk menderita hipertensi sebanyak 6%-41%. Semakin parah tungkai gelisahnya, semakin besar juga kemungkinan menderita tekanan darah tinggi.
Seperempat wanita yang melaporkan mengalami 5-14 episode tungkai gelisah sebulannya, menderita hipertensi. Sementara yang mengalami lebih dari 14 episode, sepertiganya juga menderita tekanan darah tinggi. Wanita tanpa keluhan tungkai gelisah hanya seperlima yang menderita hipertensi.
Penelitian ini akan masuk pada jurnal Hypertension edisi November 2011.
Kondisi Kurang Tidur
Baru-baru ini beberapa penelitian telah membuktikan kaitan kurangnya durasi tidur dengan peningkatan tekanan darah dan penyakit jantung. Sedangkan pada RLS, keadaan kurang tidur lebih dipahami sebagai suatu kondisi kurang tidur akibat kualitas tidur yang buruk, bukan durasi tidur yang kurang.
Para peneliti beranggapan, dengan mengobati tungkai gelisah bisa memperbaiki tekanan darah dan resiko penyakit jantung. Pengobatan tungkai gelisah bisa dilakukan dengan efektif dan mudah sekali diagnosa ditegakkan.
Sindroma tungkai gelisah tidak ditangani seperti halnya insomnia biasa. Kemungkinan penyebab pun perlu diteliti. Penyakit saraf degeneratif seperti parkinson, sering menyertai sindroma ini. Sementara di usia muda kekurangan zat besi dan/atau asam folat bisa menjadi penyebab. Pasien-pasien gagal ginjal juga sering menderita gangguan tidur ini.
Di masa depan, penanganan kasus-kasus hipertensi juga harus menyertakan pemeriksaan dan perawatang gangguan tidur.